Di antara bisikan angin, aku berdiri terdiam,
Menatapmu dari jauh, dalam keramaian yang tak terhitung,
Kau bintang yang bersinar, sempurna dalam setiap langkah,
Sedang aku, hanya bayang-bayang, yang tak tahu arah.
Kau bintang yang bersinar, sempurna dalam setiap langkah,
Sedang aku, hanya bayang-bayang, yang tak tahu arah.
"Kau tahu, kadang aku berharap," kataku dalam hati,
"Andainya berani, aku ingin menyatakan rasa ini,
Tapi bagaimana jika semua ini sia-sia,
Aku bukan siapa-siapa, dan kau begitu bermakna."
Kau tersenyum, menatap langit biru,
Sementara hatiku bergetar, tak berani bersuara,
"Tak apa, mungkin waktu akan menjawab,"
Juga rasa ini takkan pernah padam.
Di balik senyummu, aku terbenam dalam harapan,
Seolah semua kekurangan ini tak ada artinya,
Karena mencintaimu, adalah keindahan tersendiri,
Walau ku tahu, aku hanya mimpi yang tak terjamah.
Jadi di sini, aku tetap menanti,
Sebuah momen, seuntai kata, yang mungkin takkan ada,
Dalam kerendahan hati, kutuliskan sajak ini,
Untukmu, yang sempurna, dalam dunia yang fana.
Bagus Abady,
Daya, Oktober 2024
0 Comments:
Posting Komentar