Di awal perkuliahan kita bertemu,
Teman biasa dalam status mahasiswa,
Waktu demi waktu berlalu,
Kita lulus dan menghilang begitu saja.
Waktu demi waktu berlalu,
Kita lulus dan menghilang begitu saja.
Setahun berlalu, aku menyapamu di Instagram,
Kau membalas dengan hangat,
Aku meminta nomor WhatsApp-mu,
Dengan emot senyum kau memberiku.
Dua tahun sejak mendapatkan nomor WhatsApp-mu,
Kita berdua menjadi sangat dekat,
Tiada hari tanpa saling bertukar cerita,
Bahkan saat pergi umrah, kau membawaku dalam doa.
Bahkan saat pergi umrah, kau membawaku dalam doa.
Oleh-oleh parfum dan sejadah yang kau beri,
Senyummu hangat, mencairkan jarak,
Namun di balik rasa ini, hati terdiam,
Cinta yang kupendam, hanya kuasa diri.
Di suatu malam biasa, kau bercerita tentang rencana indahmu,
Betapa hatiku terhujam saat mengetahuinya,
Selama ini, aku yang jatuh terjerat,
Sementara kau, sahabat, tak merasa cinta.
Betapa hatiku terhujam saat mengetahuinya,
Selama ini, aku yang jatuh terjerat,
Sementara kau, sahabat, tak merasa cinta.
"Aku sering memikirkan kita."
"Iya, kita memang sedekat itu."
"Itu yang aku takutkan."
"Maksudmu?"
"Aku jatuh cinta padamu, aku tahu hanya aku saja."
"Aku tidak tahu harus bilang apa. Aku sangat menghargai persahabatan kita."
"Ya, aku tahu. Semoga lancar pernikahanmu."
"Terima kasih. Kamu sahabat terbaik. Semoga kita bisa terus berteman."
"Ya, semoga..."
Bagus Abady,
Daya, Oktober 2024
0 Comments:
Posting Komentar