Kenapa bangunan itu begitu subur walau tak disiram?


Telah kutebar benih-benih cinta tapi kenapa tak kunjung tumbuh? 
setelah kuperiksan, 
ternyata ia tidak jatuh ke tanah, 
tapi ke betonnya Baginda.

Iya kita semua butuh pembangunan,
iya kita semua butuh fasilitas, 
tapi, kalau semuanya Baginda tutup dengan beton, 
di mana lagi tempat harapan hamba bisa tumbuh? Hidroponik?

Setiap tahun hamba mendengar rencana tentang penghijauan hutan, 
tapi kok yang menghijau malah dompet Baginda,
katanya mau buat berhektar-hektar lumbung padi, 
tapi kok malah rekening Baginda yang kembung lagi.

Hamba pernah mendengar rumor, 
katanya Monas dulu hanya sebuah pohon pisang, 
beberapa tahun belakang hamba baru percaya,
lucu juga. 

Dekat rumah hamba dulu ada seorang kakek tua yang hobi berkebun, 
pernah sekali hamba tanyakan "kakek tanam apa?", 
si kakek menjawab "tanam ubi nak, mumpung ada lahan yang kosong", 
dan betul beberapa bulan kemudian 'simsalabim' tumbuh subur sebuah perumahan.

Ada berita di tv,
Baginda impor beras lagi, 
seperetinya memang benar, 
kita sudah tidak punya tanah lagi untuk ditanami padi.

Di koran juga ada kabar, 
Baginda impor garam juga? 
sepertinya harus kita teliti lagi, 
apa benar kandungan dalam air laut kita itu sampah.

Kata Baginda negeri ini tanah air beta, 
tapi hamba mau punya tanah saja masih harus beli, 
memangnya tanah kita punya siapa sih? 
punya Belanda?

Hamba juga kalau mau air masih harus menggali puluhan meter, 
Baginda gitu amat nyembunyiin airnya.

Sadar-sadarlah Baginda,
kopi yang anda sruput itu buka hasil dari menggiling krikil, 
nasi yang Baginda kunyah juga bukan hasil dari menanam saham. 
Baginda sudah tua.

Sadar-sadarlah sedikit Baginda,
sisakanlah lahan buat tumbuhan itu tumbuh.

Tanamlah pohon untuk investasi oksigen di kala Baginda sekarat nanti, 
lahan kosong juga jangan dibeton semua, 
apa Baginda mau,
mati nanti dikubur di pondasi, mau?

Negeri ini benar-benar sudah maju, 
anak yang waktu kecil mau jadi petani besarnya malah jadi pemborong, 
bagus sih, 
tapi... ah sudahlah.

Tanah air sudah bukan tanah air lagi, 
sudah berganti beton dan besi, 
gedung-gedung lebih subur dari tanaman, 
Baginda kasih pupuk apa? masa iya persenan dan bunga.

Sadar-sadarlah Baginda, 
napasmu sedikit lagi habis,
umurmu sudah tidak muda lagi, 
Malaikat Izrail titip salam.

Miris juga nantinya, 
jika bunga terakhir yang anak Baginda tabur di makam Baginda,
hanyalah kembang imitasi,
yang abadi tidak seperti Baginda.

Bagus Abady,
Sudiang, Juni 2021
Share:

0 Comments:

Posting Komentar