Sedari pagi ada yang mengganjal di hati,
sialnya tentang kita lagi,
sudah empat tahun berlalu padahal,
tapi kenapa ingatan tentangmu terkadang datang menghampiri.
Dulu sewaktu pulang dari menemanimu ikut seleksi masuk perkuliahan.
Kamu bercanda kalau sama aku kamu nanti mau minta mobil mewah,
"tidak usah mewah, yang penting ada seribu unit" kataku,
"hah, mau apa seribu unit?" tanyamu bingung,
"aku mau jadi juragan angkot, biar gak usah kerja, biar setiap hari bisa sama kamu" jawabku lagi.
Kamu tersenyum,
membuatku tidak fokus berkendara,
aku bingung,
mau lihat jalanan atau lihat spion kanan motorku yang memantulkan wajahmu.
Hujan mengguyur, kita berteduh.
Kamu bertanya kembali tantang obrolan di motor tadi,
"kalau nanti setiap hari kita bersama apakah kita tidak akan merasa bosan?" tanyamu,
"sejak dua bulan yang lalu aku sudah bosan denganmu, tapi tidak tau kenapa aku masih cinta" jawabku,
kamu kaget mengetahui itu.
"kalau bosan kenapa tetap di sini, tetap denganku?" katamu.
"nanti juga pergi kalau aku mau" kataku.
"ih gampang banget yah ngomong gitu!"
"gini, bosan tinggal di rumah bukan berarti harus pindah rumah, kan? tanyaku.
"iya sih" jawabmu dengan muka jutek tapi tetap manis.
"sini dengarkan aku. Sudah kukatakan, pergilah jika ingin pergi, menjauhlah kalau itu yang kamu mau, Kamu berhak atas segala keputusan untuk dirimu, yang tidak berhak itu aku, jika melarangmu pulang ke hati yang pemiliknya adalah aku" kataku sambil menatap kedua bola matamu,
kamu tersenyum dan mengangguk seakan paham.
Sore sudah hampir berlalu,
tapi masih terasa ada yang mengganjal,
sudahlah,
pasti masih saja tentang kita.
Seketika hujan mengguyur perlahan,
membawa aroma tubuhmu,
sial teringat lagi.
Segera aku berlari naik ke atas sebuah jembatan penyebrangan untuk berteduh,
aku duduk di sudut jembatan itu sambil merenung,
aku duduk di sudut jembatan itu sambil merenung,
padahal sudah beberapa minggu,
tapi kenapa ingatan tentangmu memilih terbit sore ini?
Arghhh!
sial teringat lagi.
Bagaimana aku tak
hancur,
bayangmu datang bagai racun tanpa penawar,
untuk hatiku yang sedang tawar.
Bagus Abady
Sudiang, Juni 2021
Sudiang, Juni 2021
sial mengapa semua tentangmuu
BalasHapussial mengapa semua tentangmuu
BalasHapusah sial!!!
Hapus