Terlalu dekat


Kalau boleh aku meminta,
aku ingin kita sedikit berjarak,
biar ada ruang buat rindu untuk tumbuh.

Kalau boleh aku meminta,
jangan terlalu memantauku,
karena kemanapun aku melangkah tujuan pulangku adalah kamu.

Jangan tanyakan kabarku setiap hari, 
aku bosan harus menjawabnya lagi dan lagi,
bukannya tidak mengerti, 
tapi rasa curigamu membuatku merasa seperti penjahat dalam intaian polisi.

Jangan terlalu dekat. 

Aku tidak menyuruhmu pergi, 
aku hanya butuh jarak, 
terlalu rapat membuatku merasa sesak nafas, 
jangan sampai itu membuatku berpaling dan pergi mencari udara segar di tempat lain.

Kau punya banyak waktu luang, 
daripada memikirkanku, 
bantulah ibumu. 

Percayalah sayangku, 
banyak wanita cantik tapi aku hanya milikmu. 

Kita terikat oleh rasa.
Tapi yang harus kamu ketahui, 
hatimu memutuskan siapa yang kau cintai, 
tapi sifat dan sikapmu yang menentukan barapa lama dia bisa mencintaimu.

Bagus Abady,
Sudiang, Mei 2021

Share:

Larut terbenam



Sedikit lagi tengah malam, 
sejak sore tadi aku tak lagi mencoba mendekatimu. 

Runtut dengan jatuhnya mentari, 
aku larut terbenam dalam setiap kata penolakan.

Sampai di sini aku paham,
kamu bukan aku.
 
Aku adalah aku seperti yang kamu tahu, 
mencintaimu tanpa dicintaimu balik. 

Kamu adalah kamu, 
yang aku cinta tapi mencintai orang lain. 

Aku berharap esok mentari terbit mengajak rasaku, 
tapi kumohon jangan di kamu lagi.

Bagus Abady
Sudiang, Mei 2021

Share:

Orang tepat yang tidak tepat waktu


Rasanya sudah lama sekali kita tidak bersama,
aku sadar apa yang terjadi di waktu itu murni kesalahanku,
aku adalah manusia tanpa rasa syukur,
diberi bidadari secantik kamu masih saja berpaling.

Sudah tahun ke-empat, 
masih saja aku berharap kita bisa bersama lagi,
entah sudah berapa kali kau tolak ajakanku dengan alasan sudah hilang rasa, 
padahal itu hanya ego dan gengsimu yang berbicara, 
susah memang, batu lawan batu hanya akan menghasilkan keretakan.

Sudah tahun ke-tiga, 
sejak kau bilang sudah punya pacar lagi, 
pacar yang bisa menuruti maumu, 
pacar yang tidak berpaling,
dan pacar yang pastinya bukan aku.

Sudah tahun ke-dua, 
sejak terakhir kali kau menelfonku lagi, 
menanyakan kabarku,
bercerita tentang pacarmu,
yang ternyata menikah di belakangmu

Sudah setahun yang lalu, 
saat kutolak ajakanmu untuk makan berdua, 
di tempat biasa, 
tempat favorit kita, 
dengan menu andalannya "nasi goreng merah"

Sudah, 
habis sudah sabarmu,
semalam kau mengutarakan perasaanmu, 
aku bingung harus bilang apa,
ini masalah yang rumit. 

Sungguh,
aku bingung,
aku sangat bingung,
di saat rasaku sudah terbenam, 
rasamu terbit.

Bagus Abady,
Sudiang, Mei 2021
Share:

Kenapa malam ini dingin menusuk hatiku?


Setelah memikul penat se-minggu, tiba juga sabtu sore,
seorang teman datang menjemputku di rumah, 
kami sudah janjian malam ini berangkat bersama ke tempat nongkrong.
 
"sebentar singgah beli paket data dulu, tadi siang paketku habis" kataku.
"wokeee" balasnya.

Setelah beres mengisi paket data aku heran,
grup Whatsaap masih sepi juga,
dulunya tidak seperti ini.

"langsung ke tempat biasa atau kemana dulu nih?"  tanya temanku,
"keliling-keliling aja dulu, anak-anak juga belum ada kabar" jawabku.

Tidak terasa sudah hampir jam 9 malam, 
grup whatsapp masih sepi juga,
terakhir hanya pesanku "tempat biasa yuk" tanpa ada seorangpun yang meresponnya.

Akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat ke tempat biasa,
dengan harapan "paling sebentar datang juga". 

Sudah 2 jam berlalu,
hanya ada kami berempat,
aku, temanku, gelas plastik dan sebotol anggur merah yang kami beli di salon tadi.

Ternyata yang kami harap tidak terjadi, 
tongkrongan yang dulu ramai di sini berubah ramai di Instastory. 

Satu per satu temanku datang dalam bentuk video,
berdurasi 15 detik, 
merangkul pacarnya, meninggalkan kami. 

Angin terasa sangat dingin malam ini, 
bukan karena pakaian kami yang sangat tipis, 
tapi mungkin karena ada ruang kosong yang ditinggal temanku,
yang pergi menghilang diculik pacarnya.

Brakkk!!!!! 

Bunyi tumbang temanku setelah meneguk gelas ke-tujuhnya. 

Bagus Abady,
Sudiang, Mei 2021

Share:

Apa yang membuat kita terus melangkah?



Suatu pagi, aku terbangun dengan keadaan tidak seperti biasanya, dua jam telah terlewati dari waktu bangun normalku.

Kudapati suasana kamar sangat hening, di luar kamar juga seperti tidak ada kehidupan. 

Ada Apa?

Aku bangkit dari singgasana kerajaan mimpiku-kasur. Berjalan menuruni anak tangga satu demi satu, belum juga kutemui kehidupan. "Guk-guk" terdengar suara anjing dari arah garasi. "sejak kapan rumah ini memelihara anjing?" tanyaku dalam hati.

Kenapa?

Kudekati anjing itu, kuelus kepalanya, tanpa ada perlawanan sedikit pun dari anjing itu. "hah?! Sejak kapan aku berani dengan anjing?" tanyaku dalam hati. Aku menyadari ketakutakanku terhadap anjing, dengan tenang dan mencoba tidak panik kulewati anjing itu untuk keluar dari rumahku.

Mengapa?

Suhu seketika berubah dingin, di luar rumah turun hujan salju. "hah? Apakah dalam semalam Indonesia sudah berpindah ke benua Antartika?" tanyaku lagi dalam hati. Setalah mengambil jaket-yang bukan jaket musim dingin- aku berjalan melewati anjing itu lagi lalu keluar dari rumah. Ternyata benar ada hujan salju. "tapi dimana semua orang?"

Aku mulai panik dengan semua keanehan ini, aku berteriak dan berlari kesana-kemari. Prakkkk!!... Aku yang belum terbiasa dengan lantai es tiba-tiba terpeleset.

Seketika aku terbangun dengan keadaan masih di atas singgasana mimpiku. Terlihat jam masih menunjukan pukul 05.43, terdengar suara televisi dari dalam kamar ibuku. Bisa kupastikan semua hal aneh yang terjadi tadi hanyalah mimpi.

Tapi, ada satu hal yang kuketahui setelah melalui semua keanehan tadi. 

"Apa yang membuat kita terus melangkah?"
Jawabannya adalah, Ketidaktahuan.

Bagus Abady,
Sudiang, Mei 2021.
Share: