Pesawat ini mendarat di dekapanku


Aku berdiri sendiri di tengah kerumunan penumpang yang berhamburan keluar dari dalam kereta, dengan teliti pandangan terus menjelahai stasiun ini, mencari seorang yang sudah lama tidak kutemui, "semoga aku tidak melupakan wajahnya" kataku dalam hati.

Terlihat dari kejauhan sesosok wanita yang tidak terlalu tinggi menatapku dengan wajah yang selalu cantik, Ayu, yah itu dia, sesosok teman lama yang sudah sangat lama tidak kutemui, "kamu tidak banyak berubah ya, hanya sedikit terlihat lebih dewasa saja" katanya sambil memelukku di tengah ramainya stasiun.

Matanya menatapku, mataku memandanganya. Dia sangat senang bisa bertemu lagi denganku, aku pun seperti itu. Kami tenggelam dalam kenangan masa lalu, sambil duduk dan minum kopi di Starbucks bandara kami bertukar banyak cerita. Tawaku pecah saat mengetahui dia ditinggal menikah mantan kekasihnya, air mata dia tumpah saat kuceritakan tentang orang tuaku yang sudah tiada. Suasana di antara kami terasa sangat hangat, aku menyadari betapa kami sangat saling merindukan.

Ayu bersandar di bahuku, dia tampak lelah setalah penerbangan yang dia lalui hampir 10 jam, aku pun diam dan mencoba mengerti, hingga sebuah pemahaman yang tak terucapkan berkembang di kepalaku. Setelah terpisah oleh jarak dan waktu yang sangat jauh nan panjang, di antara kami ada rasa yang tumbuh selain rasa rindu, sepertinya cinta diam-diam mengisi kekosongan itu.

Ayu tertidur di bahuku, kubiarkan saja, kunikmati saat-saat ini berlalu perlahan, dan kuharap bandara ini membekukan waktu, agar aku dan Ayu tidak berpisah lagi.

Bagus Abady,
Sudiang, Desember 2023
Share:

Ujung dari temu pasti pisah


Sungguh kutak ingin pergi dari sini,
tapi tidak ada yang bisa menahan laju kehidupan,
setiap kali aku merenungi hidupku,
seketika muncul wajah teman-temanku.

Sebenarnya kita sudah sama-sama tahu,
tidak ada diantar kita yang suka dengan perpisahan.
tapi hidup harus terus berjalan,
walau kita tidak sama-sama lagi, teman,

Ini malam terakhir sebelum kepindahanku,
kupastikan menjadi malam terindah kita bersama,
"jangan lupa datang, ada 'orang tua' yang menunggu"
tulis pesanku di dalam grup.

Malam ini terasa sangat istimewah,
masih dengan cerita cinta yang simpang siur,
juga dengan cerita-cerita kebodohan di masa lampau,
Tuhan, bolehkah waktu malam ini berjalan sedkit lebih lambat?

Saat tawa masih terdengar jelas,
bara rokok temanku menyundut tanganku,
aku tersadar ini sudah waktunya,
kita harus pisah bukan karena tidak cocok lagi.

Setelah banyak hal yang telah kita lalui,
akhirnya kita tiba di persimpangan jalan,
persimpangan yang memaksa kita tidak bersama lagi,
kesebut itu 'persimpangan hidup'

Sampai jumpa di 'chapter' berikutnya, Teman.

Bagus Abady,
Daya, Juli 2023
Share:

Muda moody


Sore di kedai kopi favorit kita,
di meja sudut, di samping jendela,
tempat tumpahnya semua rasaku,
yang tak kunjung mengering seiring waktu.

Walau rupamu kini bagai imaji,
menetap di hati namun tak bisa kumiliki,
binar matamu, aroma harum rambutmu,
kekal abadi di dalam kalbu.

Sampai kini belum kutemui penggantimu,
selalu ada celah untuk rindu menusuk hatiku,
terkadang kucoba menepis rasa rindu,
beberapa kali kucoba, beberapa kali tembus juga.

Kini,

Masihkah cita-citamu menjadi Bankir?
masihkah makanan favoritmu Mie ayam bakso?
masihkah tidurmu larut malam lagi?
masihkah tidurmu isinya mimpi-mimpi kita dulu?

hm?!

Beberapa tahun sejak terakhir kita ke kedai ini,
kembali kudatangi tempat itu meski tidak denganmu,
kutengok meja sudut di semping jendela,
ada sepasang muda-mudi sedang beradu rayu.

Sontak dalam hati kuberkata,
"aku pernah sebahagia itu"

Bagus Abady,
Daya, Juli 2023


Share:

Isi hati hamba patah hati


Ingin kuhilang dari riuh isi kepala,
tidak sanggup kuterjang semua mau dunia,
adakah ruang bagi diri yang hancur lebur,
bahkan saat gagal akupun diukur.

sungguh sulit rasanya untuk menerima,
rejeki, jodoh, dan ajal bukan kita yang punya,
lantas diriku ini punya siapa?
kenapa sakitnya aku yang tanggung semua?

wahai Sang pemilik hidup,
hamba mengaku tak setaat kekasihmu
tapi bolehkah hamba meminta,
jika ujungnya bukan surga,

tidak usah terlalu lama.

Bagus Abady,
Daya, Juni 2023
Share:

Rumah itu tidak pernah pindah


Habis kata.

Mana yang lebih resah?
melihat mendungnya langit,
atau terus menahan rasa sakit.

Kelak jika kau meresa penat,
pulanglah,
jangan sungkan untuk mengetuk.

Rumah yang kau tinggalkan masih sama,
singgahlah,
walau hanya sekedar melepas lelah,

Tak usah menetap hanya karena ratap,
merebahlah,
walau rasa sakitnya masih tetap.

Lihatlah ruang sekelilingmu,
pigura kenangannya masih sama,
persis sebelum kau melambaikan tangan.

Tidak ada yang berbeda,
akan selalu seperti itu,
begitupun rasaku.

Namun,

Jika sedihku adalah bahagiamu,
tak apa,
akan kucoba menikmati luka di atas bahagia.

Terpaksa pergi lebih baik daripada dipaksa tinggal, kan?
terima kasih,
bahagiaku bahagiamu, hancurku biar jadi milikku.

"Selamat menikmati kerinduan, semoga kita dipertemukan oleh takdir dalam keadaan terbaik di masa depan"

Bagus Abady,
Daya, Desember 2022

Share:

Mati di pekan ke-7


Hari-hari berjalan begitu berat,
kupaksa terus melangkah walau remuk seluruh badanku,
malam-malamku selalu berisik,
setiap celah hening yang ada pasti terselip kegelisahan tentang "mau jadi apa aku ini?".

Harap orang tuaku sangatlah besar,
hampir saja meledakkan kepalaku,
aku tidak menyalahkan hal itu,
aku anak laki-laki mereka satu-satunya.

Tapi belakang kurasa aku tak mampu lagi,
walau terus kupaksakan melangkah,
jiwaku terus merontah-rontah.

Aku seperti orang bingung,
bahkan hampir saja aku tak mengenali aku sendiri,
dan dari semua yang kujalani,
hanya satu yang kutahu pasti,

"ma, anakmu tidak setangguh itu, maaf"

Bagus Abady,
Daya, Oktober 2022



Share:

Menggusur senyum


Sewaktu kecil dulu aku tinggal di sini,
di tempat ini dulu berdiri sebuah kampung yang dihuni ratusan keluarga,
penduduknya sangat baik dan ramah-ramah,
setiap hari yang ada hanya riuh tawa dan senyum hangat para warga.

Dua belas tahun telah berlalu setelah kepindahanku,
aku kembali ke tempat ini setelah mendengar kabar tentang penggusuran.
yang kudapati hanya sebuah plang yang bertuliskan “HATI-HATI KENDARAAN PROYEK KELUAR MASUK”

Di mana teman-temanku?
di mana lapangan bola yang dulu?
di mana warung ibu Sri?
apa ini benar tempat aku tinggal dulu?
kampung ini benar-benar telah digusur.

Seorang petugas keamanan memberitahuku, 
di sini akan dibangun sebuah bandara,
semua warganya telah pindah entah ke mana,
mereka menjual semuanya kepada negara,
setelah tergiur nominal yang tidak terduga.

Sekarang di tempat ini sudah tidak terlihat lagi senyum hangat para warga,
sekarang yang riuh di sini hanya suara alat berat saja,

Aku tidak bisa masuk lebih jauh lagi,
sekeliling tempat ini sudah dipagari kawat duri,
sekarang tempat ini juga sudah jadi milik negara,
negara yang belum melunasi biaya pembebasan lahan para warga.

Bagus Abady,
Sudiang, Mei 2022
Share: